Mengenal Tanaman Porang Amorphophallus sp yang Berpotensi Ekspor
Mengenal Tanaman Porang
Daftar Isi
- Tanaman Porang
- Batang Porang
- Daun Porang
- Bunga Porang
- Katak / Bulbil
- Umbi Porang
- Biji Porang
- Akar Porang
- Cara Perkembangbiakan Porang
Karakteristik Tanaman Porang
Tanaman porang atau dikenal dengan nama ilmiah Amorphophallus oncophyllus, merupakan tumbuhan herba dan menahun (umur dari mulai masa tanam benih sampai dengan panen butuh waktu hingga 3 tahun). Perawakan tegak, lunak, batang halus berwarna hijau atau hitam belang-belang (totol-totol) putih. Batang tunggal bercabang menjadi tiga batang sekunder dan akan bercabang lagi membentuk tangkai daun. Pada setiap pertemuan batang dan daun akan tumbuh bintil/katak atau disebut juga bulbil yang memiliki warna coklat kehitaman. Bintil atau katak tersebut merupakan alat perkembangbiakan tanaman porang selain dari bagian biji dan umbinya. Tinggi tanaman dapat mencapai ukuran 1,5 meter yang dipengaruhi oleh faktor kesuburan tanah.Lahan Tanam Porang di Wilayah Subang, Jawa Barat |
Tanaman porang ini tumbuh dimana saja seperti di bawah tegakan pohon di hutan jati, di bawah rumpun bambu, di tepi sungai, di semak belukar dan pada naungan yang bervariasi. Untuk mencapai produksi umbi yang maksimum diperlukan naungan 50-60% dari intensitas cahaya matahari normal. Tanaman ini tumbuh di dataran rendah sampai 1000 meter di atas permukaan laut, dengan suhu antara 25-35 derajat celsius. Sedangkan untuk curah hujan yang ideal berkisar antara 300-500 mm per bulan selama periode pertumbuhan. Pada suhu di atas 35 derajat, daun akan terbakar, demikian juga pada suhu rendah akan menyebabkan tanaman mengalami dormansi.
Di Indonesia, tanaman porang dikenal dengan banyak nama bergantung pada
daerah asalnya. Misalnya disebut acung. Banyak jenis tanaman yang sangat
mirip dengan porang yaitu diantaranya Suweg, Iles-iles, dan Walur.
Tanaman porang terdiri dari beberapa bagian (botani), yaitu akar, batang,
daun, bunga, buah, biji, dan umbi, serta bulbil.
Cek panduan lengkap budidaya tanaman porang berikut :
Cek panduan lengkap budidaya tanaman porang berikut :
1. Batang
Batang tanaman porang merupakan batang semu (tidak berkambium), tunggal,
tidak berkayu dan tidak bercabang. Sepanjang batang yang berwarna hijau
terdapat bercak-bercak putih (jawa = trotol-trotol). Secara visual memang
tidak terlalu berbeda dengan Suweg / Porang Putih / Walur (hanya saja kalau
suweg kadang cenderung bercaknya gelap). Jika diraba dengan tanagan
langsung, baru akan terasa kalau kulit batang suweg lebih kasar, sedangkan
kulit batang porang halus. Pada setiap bibit porang yang berasal dari umbi
maupun dari bulbil kebanyakan hanya menumbuhkan dua sampai tiga tunas yang
sleanjutnya akan tumbuh menjadi tanaman yang lengkap dengan batang dan
daunnya.
Pada saat musim kemarau, batang porang akan mulai menunjukan tidak vigorus
lagi (jawa=pepes) atau mulai menampakkan kelayuannya, walaupun organ daunnya
masih rleatif segar. Pada keadaan tersebut pangkal batang masih melekat kuat
dengan bagian umbi sampai seluruh bagian batang mengering dan pangkal batang
terlepas dari bagian umbinya yang akhirnya seluruh bagian batang daun dan
akarnya akan mengering.
Pada saat batang porang roboh ke permukaan tanah, sebagian gejala awal
memasuki stadia dormansi, maka setelah itu akan terjadi proses translokasi
(pemindahan) asimilat (cadangan makanan) dari bagian batang dan daun ke
bagian lain, seperti ke bagian bulbil maupun umbi. Hal ini sebagai upaya
meningkatkan produktivitas dan efisiensi lahan. Sementara itu, waktu yang
dibutuhkan untuk translokasi asimilat dari batang dan daun menuju bulbil dan
umbi porang berkisar antara 1,5 - 2 bulan.
2. Daun
Daun tanaman porang termasuk daun majemuk dan berbentuk menjari. Setiap
batang tanaman terdapat tiga sampai empat daun majemuk. Pada pertumbuhan
yang normal, setiap daun majemuk terdapat sekitar sepuluh helaian daun
dengan tepi daun rata. Warna daunnya hijau tua sampai hijau muda, tergantung
dari tingkat kesuburan tanahnya. Semakin subur tanahnya akan diperlihatkan
warna daunnya hijau kebiru-biruan. Porang yang tumbuh di lahan subur
biasanya memperlihatkan pertumbuhan tiga daun majemuk, namun masing-masing
daun majemuk tersebut bercabang dua. Sehingga terdapat enam cabang daun yang
majemuk pula dengan tiap-tiap cabang daun terdiri dari enam sampai delapan
helaian daun.
Pada saat tanaman porang memasuki stadia dormansi awal, biasanya
diperlihatkan oleh tepi daunnya yang telah mengering dan setelah memasuki
stadia dormansi lanjut. Maka seluruh permukaan daunnya akan mengering
terlebih dahulu. Setelah itu diperlihatkan oleh mengeringnya bagian batang
dan akarnya.
Setelah tanaman porang tumbuh aktif sekitar umur dua bulan, pada bagian
pangkal daun dan ketiak daun porang yang majemuk tersebut diperlihatkan oleh
adanya pertumbuhan bulbil. Selanjutnya, bulbil atau katak yang kelak akan
tumbuh menjadi tanaman porang baru pada periode tumbuh aktif
berikutnya.
3. Bunga
Bunga tanaman porang akan tumbuh dari bagian umbi yang sudah dewasa
(biasanya setelah umbi berumur lebih dari tiga tahun). Terjadinya induksi
(munculnya) bunga, yaitu saat musim hujan tiba dan bunga muncul pada umbi
yang tidak mengalami pertumbuhan daun (trubus). Pada stadia kuncup, mahkota
bunga belum terlihat, sedangkan setelah mekar penuh (full bloom)
mahkota bunga membuka sempurna, berwarna merah muda atau pink, berbentuk
terompet. Setiap umbi hanya akan menghasilkan satu bunga yang ditopang oleh
tangkai bunga yang tumbuh vertikal seperti batang kecil yang tingginya
berkisar antara 20-30 cm.
Setelah bunga mekar sempurna, maka akan terjadi proses penyerbukan dari
bunga jantan ke bunga betinanya. Tanda-tanda terjadinya penyerbukan yang
sempurna pada bunga jantan dan betina, dilihat saat mahkota bunga mulai
menunjukan kelayuannya. Bersamaan dengan gejala layu tersebut diikuti oleh
bagian pangkal mahkota bunga yang berkerut dan mengering. Selanjutnya,
dengan semakin membesarnya pembengkakan yang terdapat pada pangkal mahkota
bunga tersebut akan diikuti oleh tumbuhnya biji-biji porang yang tumbuh dan
tersusun berbentuk tongkol.
Pada saat bunga porang membuka sempurna (full bloom) untuk beberapa
waktu (sekitar 1-2 minggu), biasanya tanaman porang mengeluarkan aroma atau
bau yang kurang sedap (seperti bau busuk), sehingga banyak yang memberikan
nama lain dari tanaman porang sebagai tanaman bunga bangkai.
4. Katak / Bulbil
Pada saat tanaman porang mengalami pertumbuhan aktif sekitar dua bulan dan
daun-daun sudah tumbuh pada stadia lanjut (jumlah dan ukuran daun maksimum),
maka tanaman porang mulai memperlihatkan adanya inisiasi pertumbuhan bulbil
atau katak yang kecil. Bulbil atau katak merupakan umbi generatif yang
tumbuh pada pangkal daun dan beberapa ketiak daun. Titik tumbuh bulbil
ditandai dengan bintik-bintik gelap pada pangkal percabangan helaian daun
yang semakin lama akan membengkak dan membesar. Jumlah bulbil tergantung
ruas percabangan daun, biasanya berkisar antara 4 sampai dengan 15 buah
bulbil per tanaman.
Tanaman Porang Umur 3 Bulan |
Katak atau Bulbil |
Besarnya bulbil mulai seujung pensil sampai sekepalan tangan anak kecil.
Bulbil yang tumbuh dari titik tumbuh (pucuk) atau pangkal percabangan daun
berukuran lebih besar dan berbentuk bulat (jumlahnya hanya satu buah),
sedangkan bulbil yang tumbuh di ketiak cabang daun berukuran lebih kecil dan
berbentuk lonjong dengan jumlah yang banyak per tanamannya. Secara umum
bulbil berwarna coklat gelap keabuan dengan tonjolan-tonjolan seperti mata
tunas dalam jumlah banyak.
Umumnya setiap bulbil mempunyai tonjolan (seperti titik tumbuh tunas) dalam
jumlah yang banyak, namun pada saat bulbil akan tumbuh (bersemai) nantinya
hanya ada satu tunas sebagai calon tanaman yang tumbuh dari bulbil tersebut.
Tanda-tanda yang muncul apabila bulbil akan tumbuh untuk dijadikan bibit
tanaman porang yang siap ditanam adalah keluarnya calon tunas yang berwarna
putih kemerahan yang biasanya hanya satu yang muncul. Dengan demikian, dari
setiap bulbil hanya akan tumbuh satu tanaman dengan satu batang, dan tunas
tanaman yang muncul pada bagian samping dan melingkari bagian dari
bulbilnya.
Tanaman porang juga dapat diperbanyak dengan menggunakan biji sebagai benih. Biji porang terdapat dalam buah kecil yang tersusun dalam tongkol. Pembentukan biji ini merupakan hasil dari terjadinya proses zigotik antara bunga jantan dan bunga betina. Pada saat muda, buah tersebut berwarna hijau yang kemudian berubah menjadi warna kuning. Kemudian, setelah dewasa buah tersebut menjadi kemerahan dan akhirnya setelah tongkol menjadi tua (warna buah pada tongkol berwarna merah tua kehitaman) dengan tingkat kekeringan yang relatif dan buah kecil-kecil tersebut mulai berjatuhan dari tongkolnya. Jumlah buah porang kecil dalam satu tongkol berkisar antara 100 - 300 buah, tergantung dari ukuran tongkolnya.
Biji yang akan digunakan sebagai sumber benih adalah biji dari buah yang sudah tua dan ditandai dengan warna buahnya merah kehitaman dan buah sudah mulai llepas dari tongkolnya. Hindari memilih bij (benih) porang dari buah yang sudah kering dengan warna buah kehitaman (masa dormansinya lebih panjang). Biji tersebut dibungkus oleh kulit buah yang dilapisi oleh sedikit cairan lendir. Apablia dikupas atau ditekan, kulit buahnya akan mengeluarkan biji berwarna hitam dengan rata-rata terdiri dari dua biji pada setiap buahnya.
6. Umbi
Umbi porang merupakan umbi tunggal atau setiap satu batang tanaman porang hanya menghasilkan satu umbi saja. Pada umbi tidak terdapat titik tumbuh tunas selain pada bekas tumbuhnya batang. Daging umbi berwarna kuning cerah dan seratnya halus. Getah porang berwarna agak keruh dan menimbulkan rasa gatal apabila mengenai kulit. Apabila umbi dipotong dalam bentuk chips dan dijemur di bawah sinar matahari, maka daging umbinya setelah kering akan memperlihatkan warna coklat kemerahan.
Kriteria umbi porang yang telah siap dipanen adalah sebagai berikut :
- akar yang sebelumnya menyelimuti permukaan umbi sudah mengering dan mudah putus
- bagian batang semunya sudah kering (cairan batang sudah habis)
- bagian pangkal batangnya sudah tidak menempel (lepas) dengan bagian umbinya
Bentuk umbi porang bulat dan bagian atas sebagai pangkal tumbuhnya tunas
bekas pangkal batang agak cekung. Nantinya bila digunakan sebagai bibit,
bagian tersebut menjadi tempat tumbuhnya tunas baru. Ukuran umbi
bervariasi tergantung umur tanaman porang dan kesuburan tanahnya. Semakin
tua umur tanaman porang dan semakin subur tanah, ukuran umbinya semakin
besar, bahkan bisa mencapai bobot 15 kg per tanaman. Namun, apabila
menggunakan umbi sebagai sumber bibit dengan bobot sekitar 250 gr, maka
hasil panen umbinya bisa diperkirakan mencapai 2-3 kg per tanaman.
Sementara itu, apabila sumber bibit porang yang ditanam berasal dari
bulbil atau katak, maka umbi yang dipanen masih berukuran kecil-kecil dan
bobotnya berkisar antara 100-200 gr dab biasanya digunakan kembali sebagai
bibit untuk periode penanaman berikutnya.
7. Akar
Pada umumnya, sebelum bibit berupa umbi menumbuhkan tunas daun, terlebih dahulu diperlihatkkan adanya pertumbuhan akar yang cepat dan berkembang cepat untuk beberapa saat, yaitu sekitar tujuh sampai empat belas hari sebelum munculnya tunas baru.
Tanaman porang tidak mempunyai akar tunggang, melainkan hanya ada sejumlah akar primer yang tumbuh dari bagian pangkal batang dan sebagiannya lagi tumbuh menyelimuti bagian umbinya. Akar tersebut berfungsi sebagai penyerap air dan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman porang. Selain itu, akar porang tersebut berfungsi sebagai penguat tegaknya batang semu. Sejumlah akar primer yang terbentuk tersebut tidak mempunyai cabang dengan diameter berkisar antara 0,2 - 0,3 cm. Jumlah akarnya cukup banyak, bahkan menyelimuti permukaan umbi porang.
Apabila tanaman porang memasuki stadia dormansi (istirahat), maka akar akan mengering dan tidak dapat berfungsi lagi sebagai organ penyerapan air dan unsur hara tanaman. Selanjutnya, sejalan dengan mengeringnya akar tersebut, umbi porang semakin mengeras dan akar yang menyelimuti bagian umbi semakin berkurang. Pada saat akar mengering dan sudah tidak menyelimuti permukaan umbinya, maka umbi porang dapat dipanen.
Pembuatan Lubang Tanam Porang |
Porang 2-3 bulan |
Porang 2-3 bulan |
Porang 2-3 bulan |
Cara Perkembangbiakan Tanaman Porang
Sebagaimana tanaman lain pada umumnya, tanaman porang dapat melakukan perkembangbiakan secara vegetatif dan generatif. Adapun perkembangbiakan porang dapat dilakukan dengan cara-cara berikut :
1. Perkembangbiakan dengan Bulbil / Katak
Pada setiap pertemuan batang dan daun porang (terminal), serta di beberapa ketiak daun akan tumbuh bintil yang membesar berbentuk umbi berwarna coklat kehitaman sebagai alat perkembangbiakan porang. Umbi kecil inilah yang dikenal sebagai katak / bulbil. Dalam 1 kg Katak berisi sekitar 80 - 100 butir katak kering. Katak ini pada masa panen dikumpulkan dan disimpan pada wadah yang kering sehingga dapat digunakan sebagai bibit di masa tanam selanjutnya (biasanya di musim hujan).
Katak yang tumbuh di bagian terminal biasanya berbentuk membulat dan berukuran lebih besar, sedangkan katak yang berasal dari ketiak daun berukuran lebih kecil dan berbentuk lonjong.
2. Perkembangbiakan dengan Biji / Buah
Umbi tanaman porang pada kurun 3-4 tahun akan menghasilkan bunga. Selanjutnya bunga tersebut akan berkembang menjadi buah dalam bentuk tongkol yang berisi ratusan biji. Dalam satu tongkol buah bisa menghasilkan biji sampai dengan 250 butir yang dapat digunakan sebagai benih.
Persemaian dari benih dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
- Benih yang berasal dari tongkol buah direndam pada wadah selam kurang lebih satu (1) jam
- Kemudian pilah benih yang baik, yaitu benih yang tenggelam pada rendaman tadi
- Benih porang disemaikan terlebih dahulu pada lingkungan yang lembab dan tidak terkena sinar matahari secara langsung
- Biji yang sudah tua membutuhkan waktu sekitar dua (2) bulan untuk masa persemaian
- Tanam benih yang sudah menjadi bibit (terlihat bakal batang dan daunnya) di lahan yang telah disiapkan.
3. Perkembangbiakan dengan Bulbil / Katak
Sumber referensi :
Hidayat, Ramda., dkk. 2013. Tanaman Porang : Karakter, Manfaat, dan
Budidaya. Yogyakarta. Graha Ilmu.
#tanamanporang #porang #amorphophallus
#tanamanporang #porang #amorphophallus